Menceritakan
perjalanan suci salah satu pengusaha sukses dari Makasar, Daeng Andipati yang
dimulai pada 1 Desember 1938 atau bertepatan dengan 9 Syawal 1357 bersama keluarga kecilnya. Sang istri dan
kedua gadis kembarnya, Elsa berusia lima belas tahun dan adiknya, Anna berusia
dua belas tahun. Serta pembantu mereka yang akrab dipanggil Bi Ijah.
Dalam perjalanan kurang lebih satu bulan itu,
mereka menaiki sebuah kapal buatan Belanda, Blitar Holland. Kapal uap seratus
kali empat puluh meter ini merupakan salah satu kapal penumpang yang memiliki
teknologi canggih pada masanya. Selain canggih, Blitar Holland dilengkapi dengan fasilitas yang cukup memadai. Ada jasa laundry,
tailor, dokter, penerangan yang memadai, tempat makan prasmanan, masjid,
kursi-kursi di dek kapal bahkan lahan luas untuk bermain anak-anak. Kapal yang
belum lama berlayar ini juga memiliki ratusan kelasi ramah dan berpengalaman.
Selama di Blitar
Holland, banyak orang baru dengan watak, latar juga asal yang berbeda. Gurutta, salah satu guru besar dari Makasar
yang dihormati dengan ilmu. Beliau sering memberikan pintu keluar permasalahan
orang-orang sekitarnya. Ambo Uleng, mantan kapten kapal phinisi[1]
yang menjadi kelasi selama perjalanan. Tidak hanya pengalamannya dalam dunia
pelayaran yang dibawa. Ia juga membawa segelumit masalah rumit yang sering
mengotak-atik pikirannya. Philip, sang kapten Blitar Holland yang sangat cakap
dalam tugasnya. Wajah-wajah baru lain, baik warga sederhana, keluarga kesultaan
di Hindia Belanda, juga tentara-tentara Belanda selalu mengisi hari-hari
mereka.
Perjalanan
di kampung berlayar menuju pelabuhan Jeddah tidaklah mudah. Banyak pelajaran
dan pengalaman baru yang didapat oleh tamu-tamu Allah ini. Mulai
pemberangkatan, pelayaran antar pulau di Hindia Belanda[2],
saat mengunjungi daerah lain, hingga pelayaran internasional. Ada yang
menyedihkan, membahagiakan, juga menegangkan.
Setelah
usai melaksanakan ritual tahunan ini, mereka kembali ke tanah air dengan
selamat. Kelapangan atas masalah-masalah yang menemani selama perjalanan pun
juga mereka rasakan.
Bermusyawarah,
peduli, kerja sama, dan disiplin adalah beberapa hal penting yang bisa diambil
dalam cerita ini. Sedikit banyak pengetahuan tentang perkapalan juga melengkapi
kisah ini. Selain itu, penulis juga membubuhkan secuil resep-resep kehidupan
yang dapat diterapkan, tanpa mengurangi keterkaitan cerita.
Komentar
Posting Komentar